Rabu, 23 Desember 2015

UTILIZATION OF PROGRAMMED INSTRUCTION



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) peranan media dalam pembelajaran tengah mendapat perhatian yang serius. Belajar dengan memanfaatkan media dapat mempermudah guru melakukan pembelajaran sehingga tujuan belajar yang berkaitan dengan terjadinya perubahan tingkah laku, baik yang terkait dengan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dapat dicapai. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information Communication and
Technology (ICT) di era globalisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam mendukung efektifitas dan kualitas proses pendidikan. Isu-isu pendidikan di Indonesia seperti kualitas dan relevansi pendidikan, akses dan ekuitas pendidikan, rentang geografi, manajemen pendidikan, otonomi dan akuntabilitas, efisiensi dan produktivitas, anggaran dan sustainabilitas, tidak akan dapat diatasi tanpa bantuan TIK. Pendidikan berbasis TIK merupakan sarana interaksi manajemen dan administrasi  pendidikan, yang dapat dimanfaatkan baik oleh pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta didik dalam meningkatkan kualitas, produktivitas, efektifitas dan akses pendidikan.
Perkembangan TIK atau multimedia di Indonesia khususnya dalam dunia pendidikan masih belum optimal dibandingkan dengan negara-negara tetangga sepertI Singapura, Malaysia dan Thailand. Terdapat beberapa masalah dan kendala yang masih dirasakan oleh masyarakat khususnya tenaga pendidik dan profesional pendidikan untuk memanfaatkan TIK di berbagai jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Permasalahan tersebut terutama berkaitan dengan kebijakan, standarisasi, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur sumber daya manusia di lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, berbagai upaya yang telah dan akan dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pemanfaatan TIK dalam pendidikan sangat urgen dan mutlak dilakukan secara terintegrasi, sistematis dan berkelanjutan. Dalam makalah ini khususnya akan dibahas bagaimana kebijakan dan standarisasi mutu penyelenggaraan pendididkan berbasis TIK. Apa standarisasi mutu yang disyaratkan untuk penyelengganan pendidikan berbasis TIK yang efektif dan efisien serta akuntabel.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam makalah ini adalah;















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi
Secara sederhana Elston (2007) membedakan antara Teknologi Informasi (IT) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), yaitu “IT as the technology used to managed information and ICT as the technology used to manage information and aid communication”. Sementara itu, UNESCO (2003) mendefinisikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut: “ICT generally relates to those technologies that are used for accessing, gathering, manipulating and presenting or communicating  information. The technologies could include hardware e.g. computers and others devices, software applications, and connectivity e.g. access to the internet, local networking infrastructure, and  video conferencing”.
Dalam praktek di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, TIK meliputi komputer, laptop, network komputer, printer, scanner, video/DVD player,  kamera digital, tape/CD, interactive whiteboards/smartboard. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa peran TIK adalah sebagai enabler atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi TIK merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Morsund dalam UNESCO (2003) mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi sebagai berikut:
·         piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas telekomunikasi
·         mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer
·         perangkat proyektor / LCD
·         LAN (local area network) dan WAN (wide area networks)
·         Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit telekomunikasi dan serat optik
·         mesin komputer dan robot
Sejatinya TIK memiliki potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan khususnya di bidang pendidikan. Rencana cetak biru TIK Depdiknas, paling tidak menyebutkan tujuh fungsi TIK dalam pendidikan , yaitu sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, dan sebagai infrastruktur.
UNESCO telah mengidentifikasi  4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :
1.      Tahap emerging; yaitu perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga kependidikan mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk pengadaan sarana dan prasarana (supporting work performance)
2.      Tahap applying; yaitu perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum (enhancing traditional teaching)
3.      Tahap infusing; yaitu melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi. Pendidik dan tenaga kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana TIK mengubah produktivitas professional (facilitating learning).
4.      Tahap Transforming; yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi. Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating innovative learning environment) melalui TIK.
Dewasa ini pemanfaatan TIK dalam pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai mode yang dikenal dengan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Bates (2005) membedakan pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh dan pendidikan fleksibel sebagai berikut: “Open learning is a primarily a goal. An essential characteristics of open learning is the removal of barriers to learning. In distance learning students can study in their own time, at any place and without face-to-face contact with a teacher. Flexible learning is the provision of learning in a flexible manner”. PTJJ merupakan alternatif model dalam  proses pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk belajar “kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja”.[1]
1.      Tantangan Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional memiliki banyak tantangan baik dari sisi input, proses maupun output. Beberapa tantangan pendidikan nasional tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Banyak anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun. Anak usia 7 – 12 tahun masih dibawah 80% yang telah menikmati pendidikan
  2. Tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki telepon, apalagi koneksi internet.
  3. Tidak seragamnya dan rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat kelulusan Ujian Nasional dan nilai Ujian Nasional.
  4. Rendahnya jumlah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta ( PTN – 82 dan PTS – 2.236 (Dikti,2003))
  5. BAN sebagai penentu kualitas pendidikan menginformasikan bahwa hampir 50% pendidikan tinggi berakreditasi C (46,35% program diploma dan 47.97% PTN dan PTS).
  6. Rendahnya Tenaga Pengajar Non Formal (PLS). Kebutuhan guru PLS mencapai angka 519.790 orang. Sementara  yang ada hanya sebesar 113.622 orang  atau 22%. Sehingga diperlukan 406.168 guru atau 78%.  (PMPTK 2006).
  7. Rendahnya tenaga pendidik yang belum memenuhi syarat sertifikasi (dari  2.692.217 orang guru yang ada, 727.381 orang (27%)  memenuhi syarat sertifikasi, sisanya 1.964.836 (73%) belum memenuhi syarat sertifikasi.
  8. Berdasarkan survey HDI th 2005, Indonesia menduduki ranking 112 dari 175 negara (jauh berada di bawah Malaysia dan Bangladesh).
Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah/kampus (Digital Divide), yang ditunjukkan dengan kondisi dimana tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK.  Sekalipun ada, jumlahnya terbatas dan pemanfaatannya masih belum optimal
2.      Peran Strategis TIK untuk Pendidikan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pemanfaatan TIK dalam pendidikan melalui Pendidikan Jarak Jauh  bahwa “(1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler, (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi sistem pendidikan jarak jauh telah menjadi suatu inovasi yang berarti dalam dunia pendidikan nasional. Sistem pendidikan jarak jauh yang dimulai dengan generasi pertama korespondensi (cetak), generasi kedua multimedia (Audio, VCD, DVD), generasi ketiga pembelajaran jarak jauh (telekonferensi/TVe), generasi keempat pembelajaran fleksibel (multimedia interaktif) dan generasi kelima e-Learning (web based course), akhirnya generasi keenam pembelajaran mobile (koneksi nirkabel/www).
Seperti tercantum secara eksplisit dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009, terlihat jelas bahwa TIK memainkan peran penting dalam menunjang tiga pilar kebijakan pendidikan nasional, yaitu:(1) perluasan dan pemerataan akses; (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, akuntabel, murah, merata dan terjangkau rakyat banyak.
Dalam Renstra Depdiknas 2005 – 2009 dinyatakan peran strategis TIK untuk pilar pertama, yaitu perluasan dan pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media pembelajaran jarak jauh. Sedangkan untuk pilar kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam pendidikan/proses pembelajaran. Terakhir, untuk penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik,  peran TIK diprioritaskan untuk sistem informasi manajemen secara terintegrasi.
C.     Fungsi TIK dan Manfa’atnya dalam Bimbingan belajar
1)      Fungsi TIK dalam Bimbingan belajar
Fungsi dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi atau TIK dalam dunia pembelajaran atau layanan bimbingan dan konseling akan melihat dari dibermaanfaatkannya untuk apakah perkembangan dari TIK itu sendiri. Seperti halnya apa yang disampaikan Koesnandar (2008:7) bahwa fungsi dari TIK dapat dibagi menjadi 3 hal yaitu :
Ø  TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan, dapat berupa referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses melalui fasilitas TIK, pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan antara institusi pendidikan, dll.
Ø  TIK sebagai alat bantu pembelajaran dapat berupa alat bantu mengajar bagi guru, alat bantu belajar bagi siswa, serta alat bantu interkasi antara guru dengan siswa.
Ø  TIK sebagai fasilitas pendidikan, TIK di sekolah dapat berupa pojok internet, perpustakaan digital, kelas virtual, lab multimedia, papan elektronik, dll.
Pendapat yang lain disampaikan oleh Siahaan (2010:25). Secara sederhana dapatlah dikemukakan bahwa pada umumnya fasilitas/peralatan TIK  dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran karena potensinya antara lain:
a.       membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah;
b.      membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, seperti: binatang-binatang buas, atau penguin dari kutub selatan;
c.       menampilkan obyek yang terlalu besar, seperti pasar, candi borobudur;
d.      menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, seperti: mikro organisme;
e.       mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion atau time-lapse photograhy;
f.       memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya;
g.      memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa;
h.      membangkitkan motivasi belajar siswa;
i.        menyajikan informasi belajar secara konsisten, akurat, berkualitas dan dapat diulang penggunaannya atau disimpan sesuai dengan kebutuhan; atau
j.        menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak untuk lingkup sasaran yang sedikit/kecil atau banyak/luas, mengatasi batasan waktu (kapan saja maupun ruang di mana saja).
Melihat kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi atau TIK dalam dunia pendidikan baik itu pembelajaran kelas maupun layanan bimbingan dan konseling akan dapat membantu mempermudah dan memaksimalkan pembelajaran atau layanan yang ada. Kebermanfaat TIK tidak hanya akan dirasakan oleh murid malainkan oleh guru dan seluruh komponen di sekolah
2)      Manfa’atnya dalam Bimbingan belajar
Pemanfaatan TIK Sebagai media pembelajaran bukan merupakan teknologi yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari hardware dan software. Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran yaitu hardware dan software yang tersedia dan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan. Wahidin (2009:12) menyatakan bahwa “terdapat beberapa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran diantaranya adalah presentasi, demontrasi, virtual experiment, dan kelas virtual”. Secara lebih jelas dapat dirincikan sebagai berikut :
1.      Presentasi
Presentasi merupakan cara yang sudah lama digunakan, dengan menggunakan OHP atau chart. Peralatan yang digunakan sekarang biasanya menggunakan sebuah komputer atau notbook dan LCD proyektor. Ada beberapa keuntungan jika kita memanfaatkan TIK diantaranya kita bisa menampilkan animasi dan film, sehingga tampilannya menjadi lebih menarik dan memudahkan siswa untuk menangkap materi yang kita sampaikan. Software yang paling banyak digunakan untuk presentasi adalah Microsoft Powerpoint. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan presentasi, diantaranya:
a)      Jangan terlalu banyak tulisan yang harus ditampilkan.
b)      Tulisan jangan terlalu kecil karena harus dilihat oleh banyak siswa.
c)      Perbanyak memasukkan gambar dan animasi
d)     Usahakan bentuk presentasi yang interaktif.
2.      Demonstrasi
Demontrasi biasanya digunakan untuk menampilkan suatu kegiatan di depan kelas, misalnya eksperimen. Kita bisa membuat suatu film cara-cara melakukan suatu kegiatan, misalnya cara melakukan penghitungan dalam matematika atau tata cara praktek tertentu yang benar atau mengambil sebagian kegiatan yang penting. Sehingga dengan cara ini siswa bisa kita arahkan untuk melakukan kegiatan yang benar atau mengambil kesimpulan dari kegiatan tersebut. Cara lain adalah memanfaatkan media internet, kita bisa menampilkan animasi yang berhubungan dengan materi yang kita ajarkan (meskipun tidak semuanya tersedia).
3.      Virtual experiment
Maksud dari virtual experiment disini adalah suatu kegiatan laboratorium yang dipindahkan di depan komputer. Anak bisa melakukan beberapa eksperimen dengan memanfaatkan software virtual
4.      Kelas virtual (Virtual Class)
Maksud kelas virtual di sini adalah siswa belajar mandiri yang berbasiskan web. Dengan demikian guru juga memperoleh kemudahan dalam memeriksa tugas dan menilai hasil pembelajaran siswa.
Sebenarnya banyak bentuk pemanfaatan TIK lainnya yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi semua itu tergantung kepada kita bagaimana cara memanfaatkannya.
Dari semua penjelasan tiap-tiap variabel diatas dapat kita gambarkan secara singkat contoh pelaksanaan layanan penguasaan konten dengan dukungan tampilan pustaka berbasis TIK ini sebagaimana berikut : Misalnya kita ambil variabel pertama dari motivasi belajar yaitu tekun menghadapi tugas. Untuk mencapai variabel ini salah satu indikator yang harus dipenuhi adalah minat. Oleh sebab itu layanan konten yang diberikan adalah tentang cara menumbuhkan minat dalam belajar.
Pemanfaatan media TIK disini dapat dilakukan dengan model presentasi atau demonstrasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara dalam layanan pertama kali ditampilkannya beberapa cuplikan film yang didalamnya terdapat sebuah model karakter yang menunjukkan minat dan ketekunan dalam belajar atau sebuah tampilan media flash yang berisi konten serupa. Media film ataupun flash disini merupakan bentuk pemanfaatan TIK dalam layanan karena akan sangat membantu proses layanan dan pemahaman bagi siswa, selain itu penggunaan media film juga merupakan wujud dari salah satu penggunaan kegiatan dukungan tampilan kepustakaan dalam bentuk audio visual.
Proses layanan tentunya tidak berhenti pada penampilan pustaka film begitu saja melainkan ditindaklanjuti dengan penyampaian materi yang dapat dilakukan dengan diskusi tentang apa yang telah dipresentasikan terkait dengan tema layanan. Proses ini tentunya akan lebih menarik bagi siswa serta memberikan susana belajar yang baru karena hal semacam ini secara langsung mengandung beberapa aspek yang mendukung timbulnya motivasi belajar seperti komunikasi yang terbuka, kebermaknaan dan kondisi yang menyenangkan.
Selain itu kegiatan lajutan dari layanan ini dapat dilakukan dengan cara penugasan kepada siswa untuk mencari pustaka yang ada baik itu dari buku, internet maupun yang lain tentang tema layanan yang dilakukan atau tema layanan berikutnya agar dapat dibahas dengan lebih maksimal. Kegiatan lanjutan ini selain merupakan bagian dari layanan penguasaan konten itu sendiri yang mengajarkan siswa untuk memanfaatkan unsur ekstrinsik yang ada untuk memotivasi dirinya dalam belajar juga merupakan bentuk dari kegiatan pendukung tampilan kepustakaan.
Dengan model pemberian layanan penguasaan konten dengan dukungan tampilan kepustakaan berbasis TIK semacan ini tentunya diharapkan akan dapat membantu dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa baik itu dari sisi intrinsik maupun ekstrinsik









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan.
Pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan mutlak dilakukan untuk menjawab permasalahan di bidang pendidikan terutama akses dan pemerataan serta mutu pendidikan. Kebijakan dan standarisasi mutu pendidikan menjadi pondasi yang harus dibangun untuk mendukung pendidikan berbasis TIK yang efektif dan efisien. Implementasi pendidikan berbasis TIK dapat dilakukan melalui model hybrid (dual system) yang mengkombinasikan pembelajaran klasikal (face 2 face) dengan belajar terbuka dan jarak jauh (on line). Sedangkan pembelajaran berbasis TIK dapat dilaksanakan secara lansung (syncronous learning) dan tidak langsung (asyncronous Learning)..
Beberapa saran yang dapat dikemukakan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK sebagai berikut.
  1. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pendidikan baik di sekolah atau perguruan tinggi menjadi hal mutlak mengingat kondisi permasalahan pendidikan yang makin kompleks. Pendidikan berbasis TIK hanya akan berhasil apabila dikelola dan ditangani dengan terencana, sistematis dan terintegrasi.
  2. Perencanaan dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan yang integratif meliputi kebijakan, standarisasi mutu, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur SDM pendidikan menjadi penting untuk ditata dan dikelola dengan efektif dan efisien.
B.     Saran
Demikian yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca khususnya dan pelajaran bagi penulis sendiri. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Demi perbaikan makalah ini. Semoga bermanfa’at
DAFTAR PUSTAKA

Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther, James D. Russel “Instructional Technology and Media For Learning. Edisi Ke-9, 2011 Kencana Prenada Media Group

 



[1] Dr. H. Adie E. Yusuf, M.A. http://leavespalace.blogspot.co.id/2011/08/tik-dalam-bimbingan-dan-konseling.htm.diunduh tanggal 20 oktober 2015 pukul 11.00Wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar