Kamis, 21 Januari 2016

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ASSURE Terhadap Pengukuran Kemampuan Afektif Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI di MANU Ittihad Bahari Purworejo Bonang Demak



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kegiatan interaksi, dalam kegiatan interaksi tersebut. Pendidik atau guru bertindak mendidik s peserta didik aatau siswa.tindak mendidik tersebut tertuju pada perkemangan siswa menjadi mandiri).[1] Sehingga sangat diperlukan adanya kesenjangan atau kesadaran (niat) untuk mengundangnya melakukan tindak belajar.
Seorang pendidik, didalam dunia pendidikan akan berusaha untuk mengaktifkan belajar peserta didik, belajar aktif akan membuat peserta didik beraktifitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif. Salah satu tugas pendidik ketika mempersiapkan proses belajar mengajar perlu direncanakan agar
pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan, setiap perencanaan berkenaan dengan peikiran tentang apa yang akan dilakukan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada saat melaksanakan pembelajaran. Isi perencanaan, yaitu mengatur dan menetapkan unsure-unsur pembelajaran, seperti tujuan, bahan atau isi metode, alat dan sumber sert penilaian.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secar tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan (dalam aspek intelektual, psikologis, dan biologis).[2]
Pendidikan memiliki fungsi dalam arti sempit (mikro) yakni membentuk secara sadar perkembangan jasmani dan rokhani peserta didik. Dalam arti luas (makro) fungsi pendidikan adalah sebagai alat pengembangan pribadi, warga negara, pengembangan kebudayaan dan pengembangan bangsa.[3]
Pendidikan tidak hanyadipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan ketrampilan saja, namun di perluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu pengembangan bangsa.[4]secara institusiional ( tinjauan kelembagaan) belajar dipandanng sebagai proses”validasi”atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi yang telah ia pelajari. .[5]pengujian merupakan kegiatan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, sama dengan keiatan pengukuran, kegiatan pengujian juga bisa tentang pengetahuan, psikomotoer, atau ketrampilan, dan afektif. Yang perlu dipersiapkan oleh guru dalam mengajar salah satunya adalah metode pembelajaran.[6]
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsug telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang mengerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya annak didik dalamm belajar guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggaraikan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan  bijaksana, sehin gga tercipta hubunga dua arah yan g harmonis antara dua guru dengan anak didik..[7]
Para pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan melihat orang lain melakukannya.  Aktivitas belajar afektif membantu peserta didik unuk menguji  perasaan, nilai,  dan   sikap-sikapnya.  Bahkan  kebanyakan  topic  teknis meliputi belajar  afektif.
Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka mencatat apa yang dikatakan oleh guru selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan (suara). Peserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru dan membuat catatan. Mereka mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihakan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung impulsif dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa dalam bergerak dan mengerjakan sesuatu.[8]
Di dalam proses belajar mengajar, model pembelajaran merupakan suatu kebutuhan bagi seorang guru atau pendidik untuk melaksanakan tugas pembelajaran yang sehat, kreatif, bermutu, mempercepat proses pembelajaran dengan hasil yang maksimal, meningkatkan kemampuan dasar siswa, meningkatkan hasil belajar, dan meningkatkan masyarakat belajar yang efektif.
Pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien apabila disampaikan dengan model pembelajaran yang tepat, sesuai dan selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ada banyak sekali model yang dapat digunakan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran “Assure”.[9] Dalam model pembelajaran Assure merupakan salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi.
Model assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan  bermakna bagi peserta didik.
Demikian pada hakikatnya, pendidikan islam adalah suatu proses yang berrlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan  hal ini, maka tuga dan fungsi  yang perlu diemban oleh pendidikan islam adalah  pendidikan manusia  seutuhnya daan berlangsung sepanjang hayat. Knsep ini bermaknaa bahwa tugas dan  fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembangan secara dinamis,  mulai  dan  kandungan  sampai akhir hayatnya
Secara umum tugas pendidikan islam adalah membimbing dan  m en garakan   pertumbuhan  dan  perkembagan  peserta didik dari tahap ketahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal sementara fun gsinya menyediakan fasiitas yang dapat memungkinkan tugas pen didikan belakar denngan lancar.[10] Dan tentunya dalam pendidikan agama Islam lebih ditekankan kepada sisi peramalannya atau segi aplikasi dari nilai-nilai yang terkandung dari ajaran materi pendidikan agma Islam tersebut. Jadi ranah afektif ini menjadi tumpuan dalam keberhasilan belajar terlebih materi Aqidah Akhlak. Dengan demikian model pembelajaran assure tentunya dapat menjadi tolok ukur kemampuan afektif siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Berpijak pada prolog di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ASSURE Terhadap Pengukuran Kemampuan Afektif Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI di MANU Ittihad Bahari Purworejo Bonang Demak”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana model pembelajaran assure pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI di MA NU Ittihad Bahari Purworejo Bonang Demak ?
2.      Bagaimana pengukuran kemampuan afektif siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI di MA NU Ittihad Bahari Purworejo Bonang Demak ?
3.      Adakah pengaruh model pembelajaran assure terhadap pengukuran kemampuan afektif siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI di MA NU Ittihad Bahari Purworejo Bonang Demak ?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui model pembelajaran assure pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI di MA NU Ittihad Bahari Purworejo Bonang Demak.
2.      Untuk mengetahui pengukuran kemampuan afektif siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI di MA NU Ittihad Bahari Purworejo Bonang Demak.
3.      Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran assure terhadap pengukuran kemampuan afektif siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI di MA NU Ittihad Bahari Purworejo Bonang Demak.

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat diketahui manfaat  dari penelitian ini yaitu :
1.      Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi :
a.      Bagi guru sebagai bahan acuan untuk menerapkan model pembelajaran assure dalam rangka meningkatkan kemampuan afektif siswa
b.      Bagi siswa sebagai bahan acuan untuk menerima materi pelajaran dalam rangka meningkatkan tingkat kemampuan afektifnya.
2.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini sebagai acuan (data) bagi peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh model pembelajaran assure terhadap pengukuran kemampuan afektif siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak khususnya di MA NU Ittihad Bahari Purworejo Bonang Demak.


[1]Dimyati dan mudjiono, belajar dan pembelajaran , Rineka Cipta, Jakarta, 1999, Hal.5
[2]Hamdani, , strategi belajar mengajar, Cv pustaka setia, , Bandung,2011,hal 56
[3]  Moh. Rosyid, Ilmu Pendidikan Menuju Hidup Prospektif, Unnes Press, Semarang, 2004. hlm. 10
[4] Ibid, hlm. 10.
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosda karya, Bandung, 2000, hlm  143
[6]  Djemari mardani,pengukuran penilaian dan evaluasi pndidikan,nuha medika, Yogyakarta, 2012, hlm 6.
[7] Syaiful Bahri Djamaroh, Strategi belajar mengajar, PT.Rinekacipta, Jakarta, 2013, hlm 53.
[8]. Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Nusa media, Bandung, 2009. hlm. 200.
[9] Ibid, hal.216
[10]Nizar ,samsul, haji, Filsafat Pendidikan Islam  pendekatan historis teoritis dan praktis PT intermasa, Jakarta, 2002, hlm. 30-31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar